Sejarah Keindahan Arsitektur Masjid Mantingan Jepara

Masjid Mantingan, merupakan masjid kedua setelah Masjid Agung Demak dibangun. Masjid Mantingan merupakan sebuah desa mantingan di mesjid kuno, kecamatan, tahunan, kabupaten jepara, jawa tengah. Masjid pada masa kesultanan demak ini konon. Diprakarsai oleh tiga tokoh merupakan Ratu Kalinyamat beserta suaminya Sultan Hadlirin, dan dibantu oleh Cie Gwi Gwan. Beliau dipercaya oleh Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat untuk  menjadi arsitek pembangunan masjid ini. Karena beliau seorang keturunan Cina tidak heran ornamen yang menghiasi masjid ini didatangkan dari negeri tirai bambu hal yang demikian. Hiasan berupa ukiran marmer putih menempel di sepanjang dinding masjid yang dibangun pada tahun 1481 saka atau berimbang dengan tahun 1549 Masehi.



Bagian atapnya memiliki salah satu ciri masjid yang dibangun pada masa peralihan Hindu – Islam, merupakan wujud atap “tumpang”. Format atap yang bertumpuk mengerucut berjumlah tiga tingkatan. Arsitektur ini merupakan adopsi dari kebudayaan Hindu. Selain atap Masjid, gapura masjid ini pun juga tidak jauh dari unsur kebudayaan Hindu. Kemudian pada dinding Masjid Mentingan terdapat pula batu – batu bermotif hewan, tumbuhan dan manusia, melainkan dalam ajaran islam tidak boleh menerapkan relief manusia maka wujud wujud ini di tutupi oleh tembok baru.

Dahulu masjid mantingan ini dipakai sebagai untuk penyebaran islam di jepara. Konon tingkatan tumpang masjid yang menyerupai agama Hindu dilakukan agar masyarakat Jawa tidak gegar kultur menerima ajaran baru yang disebarkan oleh Sultan Hadlirin. Di bagian serambi masjid juga terdapat Bedug yang tampak usianya benar-benar tua. “orang-orang sebelum saya tidak banyak yang tahu tentang bedug hal yang demikian, tapi dipercayai bedug ini masih orisinil dari zaman berdirinya masjid” jelas Ali Syafii selaku juru kunci masjid Mantingan. dan sayangnya kalau kita pergi ke mesjid manapun seandainya tidak menjumpai alat yang diaplikasikan khotib ketika menyampaiakan sepatah dua kata yakni mimbar masjid, pasti di dalam seluruh mesjid terbapat mimbar sebab hala itu benar-benar di wajibkan sekali memiliki mimbar mesjid.



Jikalau anda datang ke masjid Mantingan, anda akan menjumpai beberapa kendi berisi air di depan masjid, warga sekitar dan pengunjung mempercayai air hal yang demikian mengandung memberi manfaat kalau diminum. Selain bangunan masjid di komplek terdapat makam di mantingan ratu kaliyamat, sultan hadirin raden abdul jalil(syekh siti jenar) dan beberapa ratu kaliyamat makam kerabat. terdapat juga berisikan ukiran marmer putih juga museum kecil serupa dengan yang merekat di dinding mesjid.

Sampai saat ini bangunan utama masjid masih orisinil, hanya ada sedikit pelebaran di bagian utara masjid pada tahun 2005 karena banyaknya jumlah pengunjung.

Komentar